tag:blogger.com,1999:blog-2332023254557553432024-03-07T21:27:26.932-08:00KUMPULAN CERITA DEWASA 18++berikut ini adalah kumpulan dari cerita-cerita dewasa yg merupakan cerita buat anda smw yg pztinya sudah 18++Dadan76'Bloghttp://www.blogger.com/profile/17450611364641127325noreply@blogger.comBlogger2125truetag:blogger.com,1999:blog-233202325455755343.post-25016746889981995042010-05-01T07:44:00.000-07:002010-05-01T07:47:28.293-07:00abg onani dirumahkuMenyaksikan ABG Onani di<br />Rumahku.<br />Saya, suami dan anak-anak<br />tinggal di apartemen (kalau di<br />Indonesia sih disebutnya mesti<br />condominium). Apartemen kami<br />tidak jauh dari sekolah anak-anak,<br />cukup jalan kaki saja. Saya 45<br />tahun, suami 5 tahun lebih tua<br />dari saya. Anak-anak kami sudah<br />ada yang sekolah di SMA.<br />Anak saya yang SMA itu<br />namanya Bayu. Teman-teman<br />Bayu sering main dan menginap di<br />apartemen kami. Kadang-kadang<br />numpang tidur siang juga. Biasa<br />lah anak-anak. Ada satu<br />temannya yang paling rapat<br />dengan anak saya, namanya<br />Hasan. Mereka sekelas dan dari<br />SMP kelas 1 memang sudah<br />berteman. Hasan ini sangat sopan<br />kepada saya, dia selalu panggil<br />saya Tante. Saya juga kenal baik<br />ibu Hasan yang rumahnya satu<br />condo dengan saya. Walau Bayu<br />sedang keluar, Hasan masih tetap<br />suka juga datang dan ikut nonton<br />TV, atau malah numpang istirahat<br />di kamar Bayu.<br />Walau Hasan sangat sopan, tetapi<br />saya juga maklum,bahwa di usia<br />yang abg ini, dia mesti sedang<br />mekar-mekarnya dan mencari tau<br />mengenai lawan jenis. Saya<br />kadang-kadang bercanda juga<br />sama dia mengenai soal punya<br />pacar, tetapi dia cuma nyengir<br />dan senyum malu. Katanya kalau<br />anak-anak perempuan SMA sih<br />payah, tidak menarik. Kalau udah<br />gitu kita jadi saling bergurau,<br />walau tetap sopan. Di rumah saya<br />biasa pakai daster panjang yang<br />sampai di bawah lutut. Sopan deh<br />pokoknya. Yang saya tak<br />menyadari adalah Hasan memiliki<br />perasaan tertarik ke saya.<br />Mungkin karena kita sering<br />ngobrol di apartemen, ada Bayu<br />atau tidak ada Bayu, Hasan dan<br />saya tetap saja masih juga<br />ngobrol. Entah ya, mungkin dia<br />pikir tingkah laku dan cara saya<br />ngomong elegan gitu (maklum kan<br />ibu-ibu mesti elegan). Dia sangat<br />memperhatikan saya. Saya sih<br />senang saja diperhatikan. Walau<br />saya awalnya tidak curiga bahwa<br />perhatian Hasan itu ada makna<br />yang lain. Tetapi lama-lama saya<br />rasa dia sering memperhatikan<br />gerak gerik saya dari ekor<br />matanya, dan kalau saya pandang<br />balik, dia pura-pura melihat ke<br />arah lain. Apa dia mulai<br />memperhatikan tubuh saya?<br />Walau saya sangat terhormat di<br />lingkungan kami, dan di antara<br />ibu-ibu. Tiada orang yang tahu<br />bahwa saya sangat suka browse<br />internet dan terutama membaca<br />cerita-cerita yang erotik. Jadi<br />kalau untuk member-member DS<br />sih mesti udah maklum dak<br />kebayang deh bagaimana<br />imajinasi dan lamunan saya akibat<br />didikan DS. Di DS, yang saya suka<br />itu baca cerita seru dan kadang-<br />kadang es-lilin.<br />Balik pada cerita saya, saya pun<br />mulai juga mikirin si Hasan ini, dan<br />menebak-nebak apa yang ada di<br />dalam pikiran dia. Nah, episode<br />yang berikut ini menyadarkan<br />saya apa yang tengah terjadi.<br />Suatu hari Hasan main ke rumah<br />dan biasa ngobrol dengan Bayu<br />dan saya di ruang tamu. Saya<br />kebetulan minta Bayu pergi untuk<br />beli sesuatu keluar. Walau diajak,<br />Hasan menolak untuk ikut dengan<br />alasan males badan lagi capek.<br />Jadi sambil beresin rumah, saya<br />ngobrol dan bergurau dengan dia.<br />Lagi-lagi terasa betapa intensnya<br />cara dia ngomong ke saya dan<br />juga cara dia memandang.<br />Sekitar pukul 5 sore, sesuai<br />dengan kebiasaan harian, setelah<br />beres-beres saya mandi.<br />Kebetulan saja saya mandi di<br />kamar mandi dekat dapur, bukan<br />di ruang tidur utama (istilahnya<br />master bedroom). Tiba-tiba<br />selintas saya melihat kelebat<br />bayangan di celah pintu kamar<br />mandi yang retak kecil pada<br />sambungan papan di pintu bagian<br />bawah. Rasanya ada yang<br />mengintip. Kalau ada yang ngintip<br />mungkin bisa keliatan kaki saya<br />bagian bawah sampai lutut dan<br />paha bagian bawah saya. Tapi<br />siapa? Bukankah di rumah hanya<br />ada Hasan, lagi pula dia kan<br />pemuda yang sopan. Ah, mungkin<br />hanya kebetulan. Saya balik lagi<br />meneruskan mandi. Saya<br />bersihkan seluruh tubuh. Tiba-tiba<br />saya melihat lagi bayangan tadi.<br />Ah, ini pasti Hasan. Tetapi hendak<br />apa dia? Apakah dia sedemikian<br />ngebetnya ingin buang air hingga<br />menantiku dengan tidak<br />sabarnya? Tiba-tiba bayangan<br />cerita-cerita di DS menerpa, ah<br />apakah memang dia tertarik pada<br />saya dan menyimpan nafsu<br />tersendiri? Apa ini bukan pertama<br />dia mengintip saya sedang mandi.<br />Atau jangan-jangan dia mengintip<br />saya juga di kamar, atau tempat<br />lain?<br />Selesai mandi saya lihat Hasan<br />sedang duduk membaca majalah.<br />Saya ke kamar, bukan untuk ganti<br />baju, tetapi hanya menyisir di<br />depan cermin saja. Lagi-lagi saya<br />merasa diperhatikan dari balik<br />pintu yang memang tidak saya<br />tutup. Gerakan Hasan di balik<br />pintu tampak dari cermin saya.<br />Saat saya keluar kamar ternyata<br />Hasan di sofa dan saya yakin dia<br />hanya pura-pura saja baca<br />majalah. Tiba-tiba saya teringat<br />ada janji mau ketemu tetangga di<br />condo, ada titipan dari kawan<br />yang mesti saya ambil. Saya beri<br />tahu Hasan, saya akan ke tempat<br />ibu Susi, dan balik kira-kira sejam,<br />jadi tolong titip rumah.<br />Sampai di apartemen bu Susi,<br />ternyata terkunci karena sedang<br />ke luar. Wah bisa-bisanya janjian<br />tapi ditinggal pergi begini.<br />Terpaksa saya balik lagi ke rumah,<br />yang semula maunya balik<br />sesudah 1 jam, ini baru 15 menit<br />sudah sampai rumah lagi.<br />Walau pintu dikunci, saya tau<br />Hasan ada di dalam. Bayu pastilah<br />belum sampai rumah lagi. Saya<br />buka dengan kunci saya sendiri<br />pelan-pelan, dan masuk ke dalam.<br />Karena di ruang tamu tidak ada<br />orang, saya yakin Hasan mesti di<br />kamar Bayu anak saya, mungkin<br />main computer seperti kebiasaan<br />mereka. Di luar pintu kamar, saya<br />mendengar suara menderit-derit<br />krek, krek, krek, berulang-ulang.<br />Saya jadi ingin tahu, saya buka<br />perlahan pintu kamar Bayu.<br />Kamar-kamar di tempat saya<br />memang tidak berkunci, kecuali<br />pintu masuk dan pintu master<br />bedroom. Pintu terbuka sedikit<br />dan saya bisa melihat ke dalam<br />dari celah sempit itu. Dan di dalam<br />Hasan sedang duduk di bangku<br />computer. Celana panjangnya<br />telah turun dan teronggok di<br />lantai dibawah bangku. Celana<br />dalamnya tak tampak lagi. Posisi<br />Hasan menyamping dari saya tapi<br />karena jaraknya yang sangat<br />dekat ke pintu, saya dapat<br />melihat semua dengan jelas.<br />Sekarang ini mata Hasan tertutup<br />rapat dan bernafas berat, dengan<br />kaki membuka, dan tangannya<br />mencengkeram erat batang<br />anunya yang sedang tegak<br />berdiri. Suara krik krik krik bangku<br />terdengar karena irama<br />tangannya yang mengocok<br />batang keras itu berirama. Selain<br />dari gambar es lilin di internet,<br />selain milik suami, saya tidak<br />melihat lagi lelaki telanjang secara<br />langsung. Dan tiba-tiba sekarang<br />saya melihat pemuda abg yang<br />sedang terangsang berat. Batang<br />tegang Hasan yang tengah dia<br />remas keras-keras itu tampak<br />panjang, kira-kira 12-13 cm<br />berukuran langsing, dan tampak<br />agak melengkung sedikit. Kulit<br />batangnya tampak kemerahan<br />karena Hasan memang putih<br />kulitnya. Kedua kulit kantung<br />telurnya tampak bersih tidak<br />berambut. Ada sedikit rambut<br />halus dan jarang di daerah<br />pubicnya. Saya bisa melihat<br />kepala batangnya berlumuran<br />dengan air mazi bening, dan<br />tampak merah keras berkilat. Dari<br />tempat saya mengintip, saya bisa<br />melihat sedikit pada layar<br />computer dan melihat gambar<br />seorang perempuan bule yang<br />sudah dewasa (ibu-ibu) sedang<br />melakukan oral sex mengisap<br />penis pemuda bule. Batang<br />pemuda bule itu sudah tampak<br />tidak tegang lagi dan diisap<br />seperti lollipop. Muka wanita bule<br />itu berlumuran mani si pemuda.<br />Saya heran, kenapa Hasan onani<br />dengan melihat perempuan<br />dewasa dan bukannya perempuan<br />muda. Tiba-tiba terbukalah pikiran<br />saya. Selama ini Hasan tak<br />menyukai anak perempuan SMA<br />karena dia lebih mengagumi<br />perempuan dewasa. Dan itu<br />sebabnya dia sangat<br />memperhatikan saya.<br />Terdengar oleh saya, Hasan<br />menggumam sambil terus<br />meremas dan mengocok<br />batangnya. Walau tidak jelas yang<br />dibisikkan, tapi sepertinya dia<br />menggumam,<br />“Auh tante, jilat terus, remes dan<br />jilat. Isep sampai Hasan keluar<br />mani tante ”.<br />Saya kurang pasti, apa yang<br />dikatakan, karena memmang<br />nggak jelas. Saya lihat pinggulnya<br />mulai naik turun di atas bangku<br />yang diduduki. Sebagai wanita<br />dewasa yang sudah<br />berpengalaman, saya tahu dia<br />mesti sudah hamper-hampir<br />memancurkan air maninya. Saya<br />rasa sedikit tak enak hati<br />mengintip macam ini, tapi saya<br />tidak sanggup untuk mengalihkan<br />pandangan mata saya dari<br />batangnya yang merah dan basah<br />ujungnya karena remasan-<br />remasan yang kencang itu. Saya<br />merasa daerah kemaluan di<br />antara kedua paha saya<br />mengecup-kecup dan kegatalan<br />muncul di daerah itu. Saya yakin,<br />kebasahan mulai terjadi di sana.<br />Sama dengan efek yang terjadi<br />masa saya membaca cerita di DS.<br />Hasan mulai terdengar mengerang<br />keras. Dia onani dan berfantasi<br />dengan bebas tak menyangka<br />kalau saya sudah balik ke rumah<br />dan menyaksikan pemandangan<br />yang indah ini.<br />Erangannya terdengar jelas, “Ya<br />ya tante, isep air maninya, isep<br />kepala kontolku tante, isep airnya<br />… .. ahhhh…”.<br />Sambil mengerang demikian, tiba-<br />tiba dia muncrat dan memancar<br />aliran ke atas. Pancrutan itu naik<br />ke atas dan akhirnya jatuh lagi<br />memancur ke bawah mengenai<br />seluruh bagian perut dan daerah<br />kemaluannya. Saya tidak pernah<br />melihat pancrutan air mani yang<br />demikian kencang. Tapi memang<br />ini pertama kali saya melihat<br />onani abg yang sedang<br />mengeluarkan air maninya.<br />Saat itu saya sudah panas dingin,<br />kepala saya terasa mengambang.<br />Meki saya terasa berdenyut<br />dengan kegatalan yang melanda.<br />Saya juga merasa bagian dalam<br />lubang kenikmatan saya mulai<br />mengembun dan menerbitkan<br />kebasahan yang sangat. Tetapi<br />pemandangan yang saya saksikan<br />tak membuat saya beranjak pergi.<br />Luar biasa sekali, walau telah<br />mengeluarkan air mani, batang<br />Hasan tak juga menyurut lunak.<br />Batang itu masih tampak keras<br />dan diselimuti oleh kebasahan<br />mani dan mazi yang ditumpahkan.<br />Hasan masih mengurut-urut<br />lembut batangnya. Dia tampak<br />merubah gambar di layar<br />komputer, dan kini terpampang<br />gambar lain lagi. Seorang pemuda<br />Cina (atau Jepang) berbaring, dan<br />seorang wanita dewasa (Jepang<br />juga atau Cina) jongkok di<br />atasnya dan memposisikan<br />mekinya dan anusnya di atas<br />muka pemuda yang tampaknya<br />seperti sedang menjilati. Bagian<br />mulut dan hidung pemuda tadi<br />tampak tenggelam di dalam<br />kerimbunan rambut memek si<br />wanita. Sambil jongkok wanita tadi<br />yang tampak sedang kenikmatan,<br />juga memegang batang kemaluan<br />pemuda tadi.<br />Kembali Hasan mengocok<br />batangnya yang berlumuran mani<br />itu. Batang itu sama sekali tidak<br />mereda kekerasannya,<br />panjangnya tetap tegar sepanjang<br />13 cm. Dan tampak berkilat karena<br />cairan putih yang menyelimuti.<br />Kepala batangnya tampak<br />semakin merah. Hasan mengocok<br />sambil menjilati bibirnya, sedikit<br />mani ia oleskan dari batangnya ke<br />bibir.<br />Sambil terus mengocok dan<br />mengecap bibir Hasan mengerang<br />“ Gimana jilatan Hasan tante..?<br />Enak tante? Aduh ah Hasan mau<br />liat memek tante? Jembutnya<br />lebat mesti ya punya tante …? AH<br />kocok juga punya ku tante?”<br />Saya panas dingin dan tak kuasa<br />menahan birahi, sedemikian<br />dahsyat imajinasi pemuda ini.<br />Sampai-sampai dia<br />membayangkan meki saya seperti<br />apa. Tak terasa jari-jari saya<br />sudah menyelinap masuk ke<br />dalam celana dalam. Kebasahan<br />yang sangat terasa di sana. Jariku<br />mulai membelai lipat-lipatan bibir<br />bawah, menyebarkan kebasahan<br />kearah kelentit yang terasa<br />sangat sensitive dan gatal. Sambil<br />jari tengah menggosok-gosok dan<br />menekan celah-celah bibir bagian<br />dalam meki, jempolku menekan<br />dan menggosok-gosok batang<br />kelentit.<br />Birahi saya tak terbendung lagi.<br />Kegatalan itu terus memuncak<br />menimbulkan kenikmatan yang<br />sangat di bagian dalam lubang<br />memek. Saya terus onani sambil<br />memandang onani yang tengah<br />dilakukan Hasan. Bau air mani<br />terasa kuat dari batang<br />berlumuran yang terus dikocok<br />kencang. Puncak kenimmatan<br />Hasan dan saya datang hamper<br />bersamaan. Saya mesti menutup<br />mulut saya dengan tangan takut<br />erangan dan desisan keluar dari<br />mulut saya. Ledakan nikmat<br />melanda, dan badan saya kaku<br />sejenak menikmati terpaan-<br />terpaan rasa nikmat bersumber<br />dari dalam sepanjang lubang<br />kenikmatan saya, menuju kelentit<br />dan meyebarkan kenyamanan di<br />seluruh tubuh. Terasa cairan<br />merembes keluar dari dalam<br />lubang saya. Ah kenikmatan yang<br />luar biasa.<br />Disusul kemudian oleh Hasan<br />yang tampak badannya<br />menegang “Ah remes tante<br />batang Hasan…”, membayangkan<br />aksi seperti di layar komputer.<br />“ Ah …. eh….”, dan kemudian<br />tampak cairan sperma merembes<br />ke luar dari lubang di ujung<br />batangnya. Ada juga puncratan,<br />tetapi tak sebanyak dan sekeras<br />tadi.<br />Saya buru-buru dengan perlahan<br />ke luar dari rumah, menguncinya<br />dari luar dan berdiri di luar pintu<br />menenangkan diri. Saya turun<br />dengan lift ke lantai bawah dan<br />duduk di bawah untuk<br />menenangkan diri. Untung juga<br />saya tak menjumpai orang yang<br />saya kenal. Saya mesti tampak<br />pucat. Walau orang tak tahu, saya<br />merasa pangkal paha saya<br />lengket karena cairan meki yang<br />keluar tadi sudah melai<br />mengering.<br />Sesudah ada lima menitan di<br />bawah saya naik lagi ke atas.<br />Memencet bel di pintu. Agak lama<br />menunggu, akhirnya Hasan<br />membuka pintu dari dalam.<br />“ Ah tante sori lama, tadi Hasan<br />pas lagi di kamar mandi”, katanya<br />nyengir sambil muka dia agak<br />terlihat pucat. Ini mesti pucat<br />karena capek onani tadi, saya<br />mengatakan di dalam hati.<br />“ Sudahlah biar, tapi tante capek,<br />mau istirahat”, saya cari alasan<br />masuk ke kamar, takut dia melihat<br />ada perubahan-perubahan<br />penampilan saya.<br />Hasan juga pamit pulang karena<br />sudah terlalu lama di apartemen<br />saya.<br />Di ranjang saya berbaring letih.<br />Peristiwa tadi benar-benar<br />mengganggu, baik fisik maupun<br />mental. Saya mulai berpikir,<br />mungkin Hasan telah lama onani<br />demikian sambil membayangkan<br />saya. Semua erotisme yang<br />terjadi tadi terus bermain di benak<br />saya. Tapi kenikmatan dan<br />ketegangan itu tak dapat<br />meninggalkan pikiran saya.<br />Apakah benar yang saya lakukan,<br />kenapa saya malah menikmati<br />peristiwa tadi, dan bukannya<br />tersinggung dan marah. Mungkin<br />terlalu banyak baca cerita erotik<br />telah merubah saya.<br />Ah sudahlah, biarkan yang telah<br />terjadi tetap terjadi. Saya tak tahu<br />bagaimana nanti kalau berjumpa<br />lagi dengan Hasan setelah melalui<br />peristiwa ini dan tahu apa yang<br />dipikirkan Hasan tentang saya.<br />Biarlah itu urusan nanti.Dadan76'Bloghttp://www.blogger.com/profile/17450611364641127325noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-233202325455755343.post-72472073988010818612010-02-02T00:17:00.000-08:002010-02-02T00:24:48.609-08:00How to use death noteHow to Use It I# The human whose name is written in this note shall die.# This note will not take effect unless the writer has the subject's face in their mind when writing his/her name. Therefore, people sharing the same name will not be affected.# If the cause of death is not specified, the subject will simply die of a heart attack.# After writing the cause of death, the details of the death should be written in the next 6 minutes and 40 seconds.How to use it II<br /># This note shall become the property of the human world, once it touches the ground of (arrives in) the human world.# The owner of the note can recognize the image and voice of its origianl owner, i.e. a god of death.# The owner of the note can recognize the image and voice of its origianl owner, i.e. a god of death.# The human who uses this note can neither go to Heaven nor Hell.How to use it III<br /># If the time of death is written within 40 seconds after writing the cause of death as a heart attack, the time of death can be manipulated, and the time can go into effect within 40 seconds after writing the name.# A god of death has no obligation to completely explain how to use the note or rules which will apply to the human who owns it.<br />How to Use It V<br /># A god of death can extend his life by putting human names on the note, but humans cannot.# A god of death cannot be killed even if stabbed in his heart with a knife or shot in the head with a gun. However, there are ways to kill a god of death, which are not generally known to the gods of death.How to use it IV<br /># The conditions for death will not be realied unless it is physically possible for that human or it is reasonably assumed to be carried out by that human.# The specific scope of the condition for death is not known to the gods of death, either. So, you must examine and find out.<br />How to Use It VII<br /># One page taken from the Death Note, or even a fragment of the page, contains the full effects of the note.# The instrument to write with can be anything. (e.g. cosmetics, blood, etc) as long as it can write directly onto the note and remains as legible letters.# Even the original owners of Death note, gods of death, do not know much about the note.# Even if you do not actually possess the Death Note, the effect will be the same if you can recognize the person and his/her name to place in the blank.How to Use It IX# The Death Note will not affect those under 780 days old.# Whether the cause of the individual's death is either a suicide or accident, If the death leads to the death of more than the intended, the person will simply die of a heart attack. This is to ensure that other lives are not influenced.# Whenever you want to change anything written on the Death Note within 6 minutes and 40 seconds after you wrote, you must first rule out the characters you want to erase with two straight lines.# If you have traded the eye power of a god of death, you will lose the eye power as well as the memory of the Death Note, once you lose its ownership. At the same time, the remaining half of your life will not be restored.How to use it XIII<br /># You may lend the Death Note to another person while maintaining its ownership.# The borrower of the Death Note will not be followed by a god of death.The god of death always remains with the owner of the Death Note.Also, the borrower cannot trade the eyesight of the god of death.<br />#How to Use It XIV# <br />When the owner of the Death Note dies while the Note is being lent, its ownership will be transfered to the person who is holding it at that time.Also, the borrower cannot trade the eyesight of the god of death.<br />#How to Use It XIV# <br />When the owner of the Death Note dies while the Note is being lent, its ownership will be transfered to the person who is holding it at that time.# If writing the same name on more than two Death Notes is completed within a 0.06-second difference, it is regarded as simultaneous; the Death Note will not take effect and the individual written will not die.How to use it XVI<br /># The god of death must at least own one Death Note. That Death Note must never be lent to or written on by a human.# Exchanging and writing on the Death Note between the gods of death is no problem.How to use it XVII<br /># If the god of death decides to use the Death Note to kill the assassin of an individual he favors, the individual's life will be extended, but the god of death will die.# The dead god of death will desappear, but the Death Note will remain. The ownership of this Death Note is usually carried over to the next god of dath that touches it, but it is common sense that it is returned to the Great god of death.How to Use It XVIII# Only by touching each other's Death Note can human individuals who own the Death Note in the human world recognize the appearance or voice of each other's god of death.# The god of death must not tell humans the names of lifespans on individuals he sees. This is to avoid confusion in the human world.Fake Rules* If the owner of a Death Note does not use the notebook after 13 days time, he/she will die.* If the Death Note is damaged or burned, any people who have touched the Death Note will die.Dadan76'Bloghttp://www.blogger.com/profile/17450611364641127325noreply@blogger.com0